Moms, sudah tahu istilah stunting yang terus digalakkan oleh pemerintah dan termasuk juga badan kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF? Jika belum, yuk saatnya update dengan istilah stunting dan ketahui juga cara-cara mencegah stunting pada anak.
Apa itu Stunting?
Menurut WHO, stunting adalah pertumbuhan dan perkembangan anak yang terkendala akibat kekurangan gizi secara kronis, infeksi berulang kali dan stimulasi fisik-sosial yang kurang. Anak dianggap termasuk pada kategori stunting apabila tinggi badan untuk usianya adalah berada 2x di bawah deviasi standar pertumbuhan anak oleh WHO.
Stunting erat kaitannya dengan 1.000 hari pertama anak, dimana anak yang menderita stunting tidak menerima nutrisi yang cukup dan juga bisa berkaitan dengan penyakit berulang yang diderita. Selain tinggi badan anak yang di bawah rata-rata, stunting juga menjadi indikasi perkembangan otak dan kognitif yang terhambat.
Jika stunting tidak segera diatasi, maka efeknya bisa cukup signifikan karena akumulasi angka stunting bisa mewakili masalah serius bagi produktivitas generasi selanjutnya sebuah negara. Anak-anak yang stunting cenderung akan tumbuh dewasa dengan problema kesehatan dan kemungkinan melahirkan anak yang stunting pula.
Penyebab Stunting
Kondisi stunting disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan sejak ia masih di dalam kandungan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20% kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.
Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.
Secara spesifik, stunting bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda, misalnya :
Ketersediaan makanan bernutrisi
Cara asuh anak
Akses pada air bersih
Perawatan kesehatan rutin
Kesadaran higienitas dan sanitasi
Walaupun tidak secara langsung kaitannya, stunting juga sering dikaitkan dengan beberapa faktor seperti persamaan hak antara pria dan wanita, keterlibatan ayah dan pria, kesempatan mencari pekerjaan, harga pangan dan kondisi iklim.
Ciri- Ciri Anak Mengalami Stunting
Stunting sering ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata pada anak. Anak-anak yang tidak menerima gizi seimbang, sering sakit atau stress, bisa mengalami pertumbuhan hanya pada berat badan dan tidak pada bagian panjang badan. Akibatnya, anak-anak mungkin akan terlihat lebih gemuk, sehingga orang tua menganggap kalau anak mereka sehat, padahal ini belum tentu benar adanya.
Ciri- ciri umum Stunting adalah sbb:
Tinggi badan di bawah rata-rata anak seusianya
Proporsi badan terlihat normal, tetapi anak terlihat muda dibandingkan anak seusianya
Berat badan rendah
Terlihat gemuk ( distribusi lemak yang tidak proporsional berbanding tinggi badannya)
Pertumbuhan tulang terganggu
Resiko Stunting biasanya juga akan berlanjut hingga anak dewasa dengan ciri-ciri berikut ini:
Sulit menyerap pelajaran
Kemampuan kognitif lemah
Kondisi fisik yang lemah dibandingkan anak-anak seusianya
REntan terserang penyakit kronis dan infeksi
Mencegah Stunting Pada Anak
Setelah anak dilahirkan, sangat penting bagi ibu dan anak untuk segera mendapatkan perawatan yang tepat. Ibu harus mendapatkan perawatan post-natal yang baik, dan anak bisa mendapatkan ASI. Diyakini ASi bisa memperbaiki sistem imunitas tubuh bayi karena kaya nutrisi yang baik untuk perkembangannya. Walaupun anak dilahirkan dengan berat badan rendah, nutrisi tepat dan perawatan selama 1000 hari pertama bisa mencegah stunting.
Penting bagi ibu, ayah dan masyarakat sekeliling untuk waspada akan bahaya stunting. Sehingga dengan demikian, keluarga dengan bayi bisa mendapatkan edukasi sejak bayi dalam kandungan.