Pada tahun 2017, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan wabah difteri yang sedang viral. Hingga awal tahun 2018, berbagai pencegahan masih terus dilakukan karena meluasnya wabah difteri yang juga telah mengambil nyawa anak- anak hingga dewasa. Supaya bunda lebih memahami penyakit difteri, yuk cari tahu semua hal yang penting seputar penyakit ini.
Apa itu difteri?
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Bakteri ini akan menyerang bagian tenggorokan dan pernafasan tanpa melihat usia, tetapi terutama sangat rentan timbul di anak- anak di bawah usia 5 tahun dan manula diatas usia 60 tahun.
Dalam kasus yang parah, infeksi difteri bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf, hingga infeksi kulit. Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, difteri bisa berakibat fatal pada 3% dari kasus yang pernah ada.
Difteri cukup banyak ditemui di negara-negara berkembang dengan angka vaksinasi yang masih rendah, seperti Indonesia.
Gejala Difteri
Gejala difteri sering muncul 2 hingga 5 hari sejak infeksi. Beberapa penderita tidak akan mengalami gejala apapun, tetapi banyak juga yang akan mengalami gejala flu. Pertanda yang paling jelas adalah selaput berwarna abu yang tampak di tenggorokan dan mulut.
Tanda-tanda dan gejala umum dari difteri adalah:
Demam dan menggigil.
Pembengkakan kelenjar pada leher
Batuk yang menyerupai suara menggonggong
Sakit tenggorokan
Kulit berwarna kebiruan
Sulit menahan air liur
Sedangkan gejala lanjutan adalah :
Masalah pernapasan dan saat menelan
Gangguan penglihatan
Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu
Bicara yang melantur
Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat.
Segera konsultasikan keluhan kepada dokter jika menemui gejala diatas.
Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi.
Virus ini menular melalui udara dan sentuhan, jadi hindari tempat keramaian jika anda sedang tidak fit. Rajin- rajin mencuci tangan hingga bersih juga bisa dilakukan apabila Anda baru kembali dari tempat umum.
Selain itu, ada juga faktor pemicu yang wajib dijadikan perhatian antara lain :
Kebersihan rumah
Vaksin tepat waktu
Gangguan sistem imun, seperti AIDS
Sistem imun lemah, misalnya anak-anak atau orang tua
Pengobatan Difteri
Dibutuhkan diagnosa oleh dokter untuk mengkonfirmasi apakah seseorang terjangkit virus difteri, yaitu dengan biopsi. Dokter akan mengambil jaringan tubuh dan dikirimkan ke laboratorium untuk diagnosa pasi.
Selain itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan injeksi antitoksin untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri. Setelah itu, dokter akan memberikan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi.
Pada kasus tertentu, dokter juga akan menganjurkan agar pasien tinggal di rumah sakit untuk mengawasi secara dekat. Jika Anda atau anak Anda melakukan kontak dengan seseorang dengan penyakit difteri, Anda harus segera mengunjungi dokter untuk melakukan tes dan kemungkinan perawatan.
Pencegahan Difteri
Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan.
Menurut infoimunisasi, anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.
Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga termasuk untuk orang dewasa.